MQK, Momen di mana Al Falah Mulai Berbenah Diri

        Musabaqah Qiraatul Kutub, saya yakin akan cukup banyak orang yang merasa sangat asing dengan tiga kata tersebut. Ya, karena bahkan saya yang dulunya anak pondokan baru mengenal istilah tersebut beberapa bulan yang lalu.

Sebuah perhelatan akbar yang berinisialkan ‘nasional’ MQK yang sampai detik ini baru dilaksanakan untuk yang ketiga kalinya di Indonesia diselenggarakan di ponpes tercinta. Sangat ramai, meriah, dan pastinya menyedot banyak waktu, tenaga dan perjuangan untuk melaksanakannya. Meski begitu, akhirnya pondok pesantren Al Falah yang ditunjuk menjadi tuan rumah bisa melakukan tugasnya dengan amat sangat baik. Sebagai mantan santri yang bersekolah di sana, saya juga amat sangat berbangga hati.

Perlombaan membaca kitab kuning (yang istilah ngetopnya kitab gundul) se-Indonesia tersebut disambut merih oleh berbagai kalangan, dari panitia lomba, peserta dari berbagai kontingen, walikota Banjarbaru dan gubernur Kalimantan Selatan, hingga masyarakat sekitar. Salah seorang peserta kontes, yang bernama Ihsan, menyatakan bahwa ia sangat bangga bisa menjadi salah satu kandidat juara, meskipun juga tidak bisa memungkiri bahwa terselip sedikit rasa gugup.

Untuk mensukseskan acara ini, akhirnya Al Falah mau bertata menjadi Al Falah yang sebenarnya saya sendiri tidak bias percaya bahwa itu adalah Al Falah. Selama lima tahun saya hidup di sana, baru kali ini saya menyaksikan bahwa ternyata Al Falah bisa ‘bersih’_^ sebuah keadaan yang saya rasa mustahil:D.

Hmm, ada banyak kata sebenarnya yang ingin disampaikan, tapi yang jelas hingga posting ini diterbitkan Al Falah masih bisa dilihat dengan indah oleh siapapun. MQK, terima kasih buat semuanya.